Skip ke Konten

Digitalisasi Peradaban Islam : Dari Transkrip Kuno ke Platform Modern

Kita Sama.ID (6/12/2024) --- Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) IAIN Parepare sukses menggelar Kuliah Tamu bertema "Digitalisasi Peradaban Islam: Dari Manuskrip Kuno ke Platform Modern" pada Kamis, 5 Desember 2024. Acara yang berlangsung di lantai 5 Gedung Perpustakaan ini dihadiri oleh Rektor IAIN Parepare, Hananni, para dekan fakultas, ketua program studi, dosen, serta mahasiswa dari lingkup FUAD.


Dekan FUAD, A. Nurkidam, dalam sambutannya menekankan pentingnya pengelolaan manuskrip kuno sebagai bagian dari dakwah dan kebangkitan umat. “Banyak manuskrip kuno yang dapat dijadikan sumber inspirasi dakwah, terlebih IAIN Parepare telah melakukan berbagai upaya digitalisasi sebagai langkah pelestarian,” ujarnya.


Rektor IAIN Parepare, Hananni, mengungkapkan bahwa peradaban Islam dapat bertahan dan berkembang berkat warisan naskah-naskahnya. Ia menyoroti era Dinasti Abbasiyah di Baghdad, di mana karya-karya Yunani kuno diterjemahkan dan menjadi bagian dari keemasan peradaban Islam. “Digitalisasi adalah jembatan untuk melestarikan dan memperluas akses terhadap warisan intelektual Islam ini,” tambahnya.


Kuliah Tamu ini juga mengangkat keunikan peradaban Sulawesi Selatan, khususnya konsep "tumanurung" dalam tradisi Bugis-Makassar. Tumanurung dianggap sebagai sosok mitologis yang menjadi cikal bakal lahirnya raja-raja di Sulawesi Selatan. Salah satu warisan besar dari masa itu adalah naskah epik La Galigo, yang diakui sebagai naskah terpanjang di dunia, bahkan melampaui Mahabharata.


“Sejarah Sulawesi Selatan memiliki daya tarik tersendiri karena keberadaan tumanurung dan naskah-naskah klasik seperti La Galigo,” jelas Hananni. Ia menegaskan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu melestarikan tulisan-tulisan warisannya. Sulawesi Selatan, menurutnya, menjadi contoh nyata bagaimana tradisi penulisan dapat menjadi identitas dan kebanggaan daerah.


Upaya digitalisasi manuskrip kuno ini mendapat apresiasi dari peserta kuliah tamu. Salah satu mahasiswa menyebutkan bahwa teknologi digital memungkinkan generasi muda untuk mengenal lebih dekat warisan budaya yang selama ini hanya dapat diakses oleh kalangan tertentu.


Acara ini diharapkan mampu mendorong sinergi antara akademisi, mahasiswa, dan masyarakat dalam memanfaatkan teknologi modern untuk melestarikan nilai-nilai Islam yang terkandung dalam manuskrip kuno. Dengan begitu, digitalisasi tidak hanya menjadi alat pelestarian, tetapi juga sarana dakwah yang relevan dengan tantangan zaman. Kuliah Tamu ini menjadi momentum bagi FUAD untuk mempertegas komitmennya dalam mengembangkan kajian manuskrip Islam dan budaya lokal, menjadikannya lebih inklusif dan mudah diakses di era digital.

di dalam Tren
Masuk untuk meninggalkan komentar
Transformasi PTKI Menuju Perguruan Tinggi Kelas Dunia